Sejarah Desa Dander
Pada saat Zaman Hindu
datanglah pengembara yang bernama Kaki dan nyai Rembi saat itu beliau bertempat
tinggal di bawah Ringin Be yang berdekatan dengan sumber air yang saat ini
menjadi Pemandian Tirtawana Dander. Untuk menghidupi keluarganya beliau babat
hutan pandan yang sangat luas atau dalam bahasa jawa disebut panDAN anDER. Oleh
karena Kaki dan Nyai Rembe berdomisili di Ringin Be, maka lambat laun dijuluki
BEDANDER asal dari kata Be, kata panDAN dan kata anDER menjadi BEDANDER.
Pada zaman kerajaan Majapahit tejadi perang PAREGREG atau pemberontakan Semi dan Kuti sekitar abad VIII lokasi tersebut sudah bernama BeDander dan pernah digunakan untuk singgah/ sanggrah raja Majapahit pada masa pemerintahan raja Jayanegara bersama Patih Gajah Mada. Semakin banyaknya penghuni dan bertambah pengikut raja Jayanegara yang tertinggal maka sebutan BeDander menjadi DANDER, disebabkan adanya istilah bahasa Jawa sebutan dicekak/disingkat BEDANDER menjadi DANDER.
Pada abad XVIII dipilihlah seorang yang ditokohkan/ petinggi sebagai pemimpin diwilayah tersebut. Adapun petinggi/ Lurah/ Kepala Desa yang pernah menjabat hingga sekarang adalah sebagai berikut :
Pertama |
:
Mbah Bindeng dengan masa jabatan seumur hidup |
Kedua |
:
Kardiman dengan masa jabatan seumur hidup |
Ketiga |
:
Parto Redjo dengan masa jabatan seumur hidup |
Keempat |
:
Redjo Diwirjo dengan masa jabatan seumur hidup s.d. tahun 1970 |
Kelima |
:
Koesmadi dengan masa jabatan : 1971 s.d. 2008 |
Keenam |
:
Juprianto dengan masa jabatan : 2008 s.d. 2014 |
Ketujuh |
:
Kiswoyo yang dilantik 30 April 2014 s.d. 2020 |
Kedelapan |
: Juprianto
dilantik 4 Mei
2020: 2020 s.d. sekarang |
|
|
|
|